Tanaman Penyaring dan Penjernih Air Secara Alami
Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi
disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi.
Tetapi tidak jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air
bersih, terutama saat musim kemarau disaat air umur mulai berubah warna
atau berbau. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita
harus selalu optimis. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang
kita miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau, selama
kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubahnya menjadi
air bersih yang layak pakai dimana salah satu caranya adalah membuat
saringan air.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk
mendapatkan air bersih, dan cara yang paling umum digunakan adalah
dengan membuat saringan air, dan bagi kita mungkin yng paling tepat
adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu
diperhatikan, bahwa penyaringan air secara sederhana tidak dapat
menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air.
Gunakan destilasi untuk menghasilkan air yang tidak mengandung garam.
Berikut beberapa aternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan air:
1. Saringan Kain Katun
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik
penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan
menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air
dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil
saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.
2. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari
teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun,
penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan
organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung
pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.
3. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke
dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti
karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi
rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu
partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan
teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang
nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
4. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan
menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil.
5. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri
atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah.
Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan
Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu
baru kemudian melewati lapisan pasir.
6. Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir
Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui
dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir
Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya
disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali
penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan
tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil
penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan
beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.
7. Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan
dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih
baik dapat digunakan arang aktif.
8. Saringan air sederhana / tradisional
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini
selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu
buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa.
9. Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga
dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih
didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter keramik.
Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang berfungsi sebagai
disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran
yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk
dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah penyumbatan yang
terlalu sering maka air baku yang dimasukkan jangan terlalu keruh atau
kotor. Untuk perawatan saringan keramik ini dapat dilakukan dengan cara
menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.
10. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air
disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum
digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut
digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali ataupun dari
saluran irigasi sawah.
Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari
jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.
11. Saringan Tanah Liat
Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu
dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat keluar dari
pori-pori pada bagian dasarnya.
Indikator / Tanda Air Tanah Yang Tercemar
Tanda-tanda bahwa air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui pengamatan fisik, yaitu:
1. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi
organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya
cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah
kecoklatan.
2. Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh
koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Lumpur, tanah liat
dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya
bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh.
3. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa
tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium,
mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar.
4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya
cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan
pencuci yang lain misalnya detergen.
5. Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai.
6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya
pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak
layak untuk dikonsumsi.
Cara Sederhana Menguji Kualitas Air
Untuk menguji kualitas air, seperti kekeruhan, berwarna dan berbau
dapat langsung diseteksi dengan panca indera. Namun air yang terlihat
jernih dan tidak berbau belum tentu aman untuk digunakan untuk minum.
Karenanya perlu diuji kualitasnya apakah memenuhi syarat kesehatan
ataukah tidak.
Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara
sederhana. Pemeriksaan di laboratorium akan menghasilkan data yang
lengkap dan bersifat kuantitatif, namun biayanya cukup mahal.
Analisis secara sederhana dapat dilakukan sendiri di rumah untuk menguji kandungan kimia dalam air, yaitu sebagai berikut :
- Setengah gelas air yang akan diperiksa dicampurkan dengan segelas air teh.
- Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka hingga satu malam
- Periksalah apakah ada perubahan warna, lendir dan lapisan seperti minyak di permukaan.
Semakin cepat perubahan yang terjadi pada air teh menunjukkan semakin
tinggi kandungan kimiawi air tersebut. Bila perubahannya lambat atau
baru berubah setelah pengamatan satu malam, kandungan kimiawinya lebih
sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Dapat digunakan
untuk keperluan lain, kecuali untuk dikonsumsi.
Air yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi
dapat terlihat bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru. Bila
air tetap berwarna seperti air teh, maka secara kimia kualitas air itu
baik.

Gambar 1. Pengujian kandungan kimia air menggunakan air teh
Pengujian air secara biologis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Air yang diuji dimasukkan ke dalam gelas kemudian ditutup.
- Air tersebut dibiarkan sampai lima hari
- Setelah lima hari air diperiksa. Apabila terdapat perubahan warna
atau gumpalan warna (putih, hitam atau hijau), maka air tersebut kurang
baik secara biologis (mengandung mikroorganisme atau bakteri berbahaya).

Gambar 2. Pengujian Sifat Biologi Air Secara Sederhana
Air yang baik akan tetap jernih meskipun disimpan selama 5 hari.
Semakin cepat terjadinya perubahan warna atau gumpalan pada air yang
diperiksa menunjukkan semakin tinggi kadar mikroorganisme yang
dikandungnya.
Tanaman Penyaring dan Penjernih Air Secara Alami
1. Biji Kelor

Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan menyulapnya menjadi ”
serbuk ajaib”
yang dapat mengubah air keruh dengan partikel tanah maupun unsur logam
menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam
air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.
Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di
masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan
hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air,
sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,”
katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang
sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji
kelor menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu
air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan,
yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l
menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air
bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang
khas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus
ditambahkan arang yang dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran
saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor
tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam
dengan parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah
dibersihkan dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau
memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk
parameter warna yang semula sebesar 233
Pt.Co menjadi 13,75
Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15
Pt.Co dan 50
Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan
menumbuk biji buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian
ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima
miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15
menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di
dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul
mengatakan, pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan
konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji
kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.
”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air,
caranya dengan mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke
dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat,” katanya. Disebutkan,
dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan
berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10
biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak
40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda),
Alimudin mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan
sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas yang digunakan selama
ini. Perbedaan penjernihan air dengan menggunakan tawas dan serbuk biji
kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan partikel setelah pengadukan,
yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor mencapai 10
hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM
Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi
(Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat
sebelum digunakan untuk menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis
dibanding tawas, apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim,
sementara daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan. Enos yang juga dosen pengasuh mata kuliah Pengendalian
Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji
dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Mahakam.
”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan
enam bulan kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,”
katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air
merupakan alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut
melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di
sekitar DAS.
2. Kulit Pisang
Dalam film-film kartun kulit pisang biasanya dimanfaatkan untuk
tujuan jahat, dimana orang sering dijebak dengan kulit pisang agar
terpeleset. Tak dinyana ternyata kulit pisang yang dijadikan sampah
ternyata bermanfaat memurnikan air. Dalam penyaringan air, kulit pisang
ini lebih ampuh dari pada penyaringan alami lainnya, karena mampu
menyerap logam berat. Sebelum kita tahu, makan pisang kulitnya pasti
dibuang.
Tidak perlu modifikasi apapun, kulit pisang yang akan dipakai untuk
memurnikan air hanya perlu dicincang kecil-kecil lalu dimasukkan ke
dalam air. Dengan sendirinya logam berat seperti timbal dan tembaga akan
terserap oleh serat-serat yang terdapat pada kulit pisang.
Logam berat merupakan polutan yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan. Dalam tubuh manusia, polutan ini bisa terakumulasi dan memicu
dampak negatif dalam jangka panjang atau bahkan bisa diturunkan pada
generasi berikutnya.
Timbal (Pb) misalnya, bisa menghambat sintesis hemoglobin atau zat
merah darah sehingga mengganggu fungsi saraf maupun organ yang lain.
Pada anak, timbal bisa menghambat pertumbuhan sel-sel otak dan
menurunkan tingkat kecerdasan ketika tumbuh dewasa.
Sementara itu, logam berat yang lain yaitu tembaga (Cu) jika
terakumulasi dalam tubuh manusia bisa memicu pengerasan hati (sirosis)
dan kerusakan ginjal. Tembaga juga bisa terakumulasi di jaringan saraf
dan kornea mata, sehingga merusak fungsi penglihatan.
Untuk pemurnian air minum dari logam berat, teknologi yang ada saat
ini umumnya sangat mahal sehingga kurang terjangkau masyarakat umum.
Sementara penyaring alami yang pernah diteliti dan terbukti efektif
antara lain limbah sabut kelapa dan kulit kacang.
Selain murah dan mudah didapatkan, kelebihan lain dari kulit pisang
adalah bisa digunakan berkali-kali. Dalam sebuah penelitian yang
dipublikasikan dalam jurnal Industrial & Engineering Chemistry Research baru-baru ini, kulit pisang yang dicincang bisa dipakai sebanyak 11 kali.
3. Kangkung dan Kiambang
Kangkung atau bahasa latinnya
Ipomoea aquatica forsk merupakan jenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kemudian Kiambang atau
Salvinia molesta mitchell
dalam latinnya merupakan tumbuhan air berupa paku-pakuan berwarna hijau
dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan, biasa
ditemukan mangapung di air menggenang seperti kolam, sawah, danau atau
sungai yang mengalir tenang.
Pertanyaannya, bagaimana kangkung dan kiambang dapat menjadi
penjernih air sederhana terutama limbah rumah tangga? Berdasarkan hasil
penelitian dapat di sebutkan sebagai salah duanya adalah proses
fotosintesis dari tanaman tersebut. Fotosintesis adalah suatu proses
biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakeri untuk
memproduksi energi terpakai atau nutrisi dengan memanfaatkan energi
cahaya. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon. Dalam
fotosintesis, karbon bebas dari CO
2 diikat (difiksasi)
menjadi gula sebagai molekul penyimpanan energi. Tumbuhan menggunakan
karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan sebagai makanannya. Dan faktor lain adalah proses respirasi.
Dalam istilah sederhana, respirasi adalah kebalikan fotosintesis. Ini
adalah proses di mana zat makanan dipecah dalam kehadiran oksigen untuk
membebaskan energi, terutama sebagai panas. Karbon dioksida dihasilkan
sebagai produk. Respirasi terjadi disemua sel tumbuhan dan terus
berlangsung tanpa cahaya. Jadi selama kegelapan, ketika fotosintesis
berhenti respirasi account untuk penyerapan bersih oksigen dan
pembebasan karbon dioksida dari pabrik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tanaman kangkung dan kiambang
memiliki potensi untuk menjernihkan air limbah rumah tangga secara
alami, tetapi air tersebut masih belum aman di konsumsi. Selain itu,
dapat mengurangi polusi air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan
bakteri penular penyakit. Semakin lama berada di air kotor atau air
limbah rumah tangga, maka tanaman kangkung dan kiambang akan semakin
banyak menyerap zat-zat yang terkandung didalam air. Sehingga air
tersebut menjadi lebih jernih dari hari ke hari dan bau yang tidak sedap
mulai berkurang. Tanaman kangkung memiliki kemampuan lebih cepat dalam
menjernihkan air limbah rumah tangga dari pada tanaman kiambang. Semakin
jernih air limbah karena tanaman tersebut maka semakin banyak jumlah
endapan yang dihasilkan.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah tumbuhan kangkung
dan kiambang dapat ditanam ditempat yang airnya tercemar oleh air limbah
rumah tangga seperti sumur, kolam dan air genangan dibawah rumah.
Sehingga air tersebut menjadi lebih jernih dan kembali dapat digunakan.
Adapun kelebihan dari pemanfaatan tumbuhan kangkung dan kiambang, yaitu sebagai berikut :
1. Mudah didapatkan dan tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya.
2. Mengurangi pencemaran air sebagai sarang penyakit.
3. Tidak memiliki efek samping.
4. Tanaman kangkung dapat dikonsumsi.
5. Tanaman kiambang dapat dijadikan pupuk. Apabila di tempatkan
di kolam ikan dapat dijadikan sebagai penghias kolam dan zat hara yang
dihasilkan dapat dikonsumsi ikan.
Sedangkan kekurangannya, yaitu air limbah rumah tangga yang telah
dijernihkan masih tidak dapat di konsumsi. Karena mikroorganisme dan zat
kimia yang berbahaya bagi tubuh sebagian besar masih terdapat di dalam
air hasil penjernihan.
4. Eceng Gondok

Eceng gondok atau Eichhornia crassipes pertama kali ditemukan secara
tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von
Martius. Dia adalah seorang ahli botani berkebangsaan Jerman, di mana
pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon
Brasil.
Eceng gondok ditemukan tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah
dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan
sungai. Tumbuhan ini hanya memiliki tinggi sekitar 0,4-0,8 meter dan
tidak mempunyai batang, terkadang berakar dalam tanah.
Bentuk daunnya tunggal dan berbentuk oval, sementara ujung dan
pangkalnya meruncing, pangkal dan tangkai menggembung, permukaan daunya
licin dan berwarna hijau. Termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir
kelopaknya berbentuk tabung. Biji eceng gondok berbentuk bulat dan
berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau serta
akarnya merupakan akar serabut. Kecepatan menyesuaikan diri membuat
tanaman ini tumbuh dengan cepat.
Disamping itu eceng gondok memiliki masa yang besar, tumbuh mengapung
diatas permukaan air sehingga mudah dipanen dibandingkan tanaman air
lainya.
Namun, tak pelak eceng gondok sering membuat para nelayan dan
pengguna transportasi air kewalahan. Meskipun tumbuhan ini mati
sekalipun masih dapat menimbulkan masalah, karena ia akan turun ke
bagian dasar sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
Nah, dengan berbagai macam hal yang bisa disebabkan oleh eceng
gondok. Dengan bahasa, setiap makhluk punya manfaat, hukum ini juga
berlaku pada tumbuhan tersebut yang tidak membuat nggondok (kesal-red).
Pasalnya, Retno Nuraini, Gagas Pradani, Nur Ilmawati, dan Melissa Hamas
mengandalkan fungsi tanaman eceng gondok dan karbon aktif untuk daur
ulang air limbah rumah tangga. “Air jernih tanpa bau itu nantinya bisa
dipakai mandi atau bahan air minum,” kata Gagas.
Pengelolaan itu dimulai dengan mengumpulkan air limbah rumah tangga
ke bak penampungan. Dengan asumsi sebuah rumah dihuni lima orang, ujar
Melissa, air limbah yang dihasilkan sekitar 700 liter per hari.
Air itu kemudian dialirkan ke kolam yang dipenuhi eceng gondok.
Fungsi eceng gondok berdasarkan literatur, kata Gagas, menyerap
senyawa-senyawa organik, terutama amonia dan fosfat. “Eceng gondok
bersifat fitoremediasi atau tumbuhan yang menyerap polutan.”
Air limbah itu didiamkan di kolam eceng gondok selama 24 jam. Setiap
batang eceng gondok sanggup membersihkan air limbah domestik, selain
tinja, itu sebanyak 4 liter.
Setelah sehari penuh, katup penutup saluran air di ujung kolam eceng
dibuka untuk mengalirkan air ke bak penampungan ketiga di bawah tanah.
Di dalam bak itu mereka menyusun saringan berlapis dengan karbon
aktif. Bahan arang yang biasa dipakai untuk menghentikan diare itu
berfungsi menghilangkan bau air limbah. Air jernih tanpa bau itu
kemudian akan naik sendiri ke atas atau perlu disedot pompa air agar
bisa naik hingga bak penampungan di atap rumah lantai dua.
Selain itu, akar tanaman ini juga dapat menghasilkan zat alleopathy
yang mengandung zat antibiotoka dan juga mampu membunuh bakteri coli.
Eceng gondok juga mampu menjernihkan atau menurunkan kekeruhan suatu
perairan hingga 120 mg perliter silika selama 48 jam sehingga cahaya
matahari dapat menembus perairan dan dapat meningkatkan produktivitas
perairan melalui proses fotosintesis bagi tanaman air lainnya.
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu
menyerap residu pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat. Akar
dari tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai sifat
biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia
buatan industri.
Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam
air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang
tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya
terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan.
https://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/27/tanaman-penyaring-dan-penjernih-air-secara-alami/